MEDIA TANI, Samarinda, – Sektor pertanian dan perkebunan di Kalimantan Timur terus menunjukkan geliat positif meski menghadapi tantangan harga komoditas. Sejumlah inisiatif baru lahir, mulai dari regenerasi petani muda hingga program keberlanjutan perkebunan kelapa sawit, Rabu, (23 Juli 2025)
Di bidang pertanian, kelompok petani muda di Desa Margahayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, menjadi contoh inspiratif. Wahyu Kurnianto, salah satu petani milenial, sukses meraih omzet hingga Rp100 juta per bulan berkat penerapan teknologi pertanian modern. Inovasi seperti sensor tanah, sistem irigasi otomatis, hingga pemasaran digital membuat sektor ini kembali menarik bagi generasi muda.
Langkah serupa juga digaungkan oleh Polresta Balikpapan bersama Dinas Pertanian, BPS, dan Bulog. Mereka baru saja menggelar rapat koordinasi lintas sektoral untuk meningkatkan produksi jagung pipil di Kota Balikpapan sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan lokal.
Sementara itu, sektor perkebunan kelapa sawit di Kaltim sedang bergerak menuju ekonomi hijau. Dinas Perkebunan bersama Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan (FKPB) dan lembaga internasional GIZ mengadakan forum regional pada 21 Juli 2025. Targetnya, produktivitas sawit rakyat meningkat dari 2,8 ton menjadi sekitar 5 ton CPO per hektare per tahun dengan pendekatan ramah lingkungan dan sosial.
Komitmen keberlanjutan juga ditunjukkan oleh para petani sawit swadaya. Sebanyak 19 koperasi di Kutai Timur mendeklarasikan Asosiasi Petani Sawit Berkelanjutan Kalimantan (APSBK). Mereka mewakili lebih dari 4.600 petani dengan produksi 223.860 ton TBS per tahun. Dari jumlah itu, sembilan koperasi telah mengantongi sertifikasi ISPO dan RSPO.
Namun, tantangan tetap ada. Harga tandan buah segar (TBS) sawit periode 1–15 Juli 2025 tercatat turun. TBS usia lebih dari 10 tahun, misalnya, hanya dihargai Rp2.996 per kilogram. Penurunan harga ini mendorong koperasi dan asosiasi petani untuk memperkuat kemitraan dengan perusahaan serta memperluas pasar melalui sertifikasi internasional.
Program keberlanjutan juga hadir dari sektor swasta. PT REA Kaltim Plantations, berkolaborasi dengan Koltiva, membina 600 petani sawit agar memenuhi standar RSPO dan regulasi Uni Eropa tentang deforestasi. Program ini mencakup pemetaan lahan, evaluasi kebun, hingga penggunaan teknologi digital.
Pemerintah Provinsi Kaltim menyambut baik berbagai langkah tersebut. Kepala Dinas Perkebunan Kaltim menyebut, “Sinergi semua pihak adalah kunci. Kami ingin petani kita tidak hanya produktif, tapi juga mampu bersaing di pasar global dengan produk berkelanjutan.”
Dengan semangat inovasi dan komitmen hijau, sektor pertanian dan perkebunan Kalimantan Timur diharapkan menjadi motor baru perekonomian daerah sekaligus penopang ketahanan pangan nasional.
Di bidang pertanian, kelompok petani muda di Desa Margahayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, menjadi contoh inspiratif. Wahyu Kurnianto, salah satu petani milenial, sukses meraih omzet hingga Rp100 juta per bulan berkat penerapan teknologi pertanian modern. Inovasi seperti sensor tanah, sistem irigasi otomatis, hingga pemasaran digital membuat sektor ini kembali menarik bagi generasi muda.
Langkah serupa juga digaungkan oleh Polresta Balikpapan bersama Dinas Pertanian, BPS, dan Bulog. Mereka baru saja menggelar rapat koordinasi lintas sektoral untuk meningkatkan produksi jagung pipil di Kota Balikpapan sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan lokal.
Sementara itu, sektor perkebunan kelapa sawit di Kaltim sedang bergerak menuju ekonomi hijau. Dinas Perkebunan bersama Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan (FKPB) dan lembaga internasional GIZ mengadakan forum regional pada 21 Juli 2025. Targetnya, produktivitas sawit rakyat meningkat dari 2,8 ton menjadi sekitar 5 ton CPO per hektare per tahun dengan pendekatan ramah lingkungan dan sosial.
Komitmen keberlanjutan juga ditunjukkan oleh para petani sawit swadaya. Sebanyak 19 koperasi di Kutai Timur mendeklarasikan Asosiasi Petani Sawit Berkelanjutan Kalimantan (APSBK). Mereka mewakili lebih dari 4.600 petani dengan produksi 223.860 ton TBS per tahun. Dari jumlah itu, sembilan koperasi telah mengantongi sertifikasi ISPO dan RSPO.
Namun, tantangan tetap ada. Harga tandan buah segar (TBS) sawit periode 1–15 Juli 2025 tercatat turun. TBS usia lebih dari 10 tahun, misalnya, hanya dihargai Rp2.996 per kilogram. Penurunan harga ini mendorong koperasi dan asosiasi petani untuk memperkuat kemitraan dengan perusahaan serta memperluas pasar melalui sertifikasi internasional.
Program keberlanjutan juga hadir dari sektor swasta. PT REA Kaltim Plantations, berkolaborasi dengan Koltiva, membina 600 petani sawit agar memenuhi standar RSPO dan regulasi Uni Eropa tentang deforestasi. Program ini mencakup pemetaan lahan, evaluasi kebun, hingga penggunaan teknologi digital.
Pemerintah Provinsi Kaltim menyambut baik berbagai langkah tersebut. Kepala Dinas Perkebunan Kaltim menyebut, “Sinergi semua pihak adalah kunci. Kami ingin petani kita tidak hanya produktif, tapi juga mampu bersaing di pasar global dengan produk berkelanjutan.”
Dengan semangat inovasi dan komitmen hijau, sektor pertanian dan perkebunan Kalimantan Timur diharapkan menjadi motor baru perekonomian daerah sekaligus penopang ketahanan pangan nasional.