Petani Berau Menyongsong Era Pertanian Cerdas: Dari Ladang Tradisional ke Lumbung Modern

Oleh
mediatani.id
Diposting
Sabtu, 2 Agu 25
Bagikan

Mediatani.id, BERAU – Di tengah perubahan iklim dan tantangan ekonomi, para petani di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, tak tinggal diam. Mereka perlahan tapi pasti mulai meninggalkan cara-cara lama dan beralih ke pertanian cerdas berbasis teknologi. Di balik hijaunya hamparan sawah dan ladang jagung, tersimpan cerita perubahan besar yang kini mulai menata masa depan pertanian daerah.

Dalam beberapa bulan terakhir, wajah pertanian di Berau mengalami transformasi nyata. Bukan sekadar slogan, melainkan perubahan langsung yang menyentuh alat kerja, cara berpikir, hingga pengelolaan hasil panen. Dari drone penyemprot, traktor mini listrik, hingga benih lokal unggul—semua mulai hadir di tangan petani kampung.

“Kami dulu kerja manual, angkut air pakai jeriken, semprot hama pakai tangan. Sekarang drone bantu kami sampai bisa pantau lahan dari udara,” ujar Sarman, petani jagung asal Talisayan. Ia kini tergabung dalam kelompok tani penerima dukungan alat modern dari program sinergi pemerintah dan PLN.

Transformasi ini bukan hanya soal alat. Program tanam jagung komposit yang diluncurkan di Kampung Purna Sari Jaya menjadi simbol kemandirian benih lokal. Petani tak lagi bergantung pada benih luar daerah. Mereka mulai membangun sistem sendiri—menyemai, menanam, dan memanen dengan lebih mandiri dan efisien.

Tak kalah penting, pembangunan saluran irigasi baru di Campur Sari menjadi bukti bahwa infrastruktur juga ikut disiapkan. Dengan nilai proyek hampir Rp 10 miliar, jaringan irigasi ini diharapkan mengalirkan bukan hanya air, tapi juga harapan bagi ratusan hektare lahan yang selama ini kekeringan saat musim paceklik.

Bupati Berau dalam beberapa kesempatan menegaskan bahwa kebijakan daerah saat ini berpihak pada pertanian berkelanjutan. Melalui Peraturan Bupati Nomor 2 Tahun 2023, lahan pertanian dilindungi dari alih fungsi. Bagi petani, ini adalah perlindungan hukum yang sangat berarti.

“Dulu orang takut tanahnya jadi perumahan atau kebun sawit. Sekarang kami merasa aman,” tutur Yani, petani muda yang kini kembali ke desa setelah sempat merantau.

Berau tak ingin hanya menjadi penonton kemajuan pertanian di daerah lain. Dengan sentuhan teknologi dan keberpihakan kebijakan, petani lokal kini mulai bergerak. Mereka bukan lagi pelengkap dalam sistem pangan nasional, mereka adalah pionir dari perubahan itu sendiri.

Berita Terkait