MEDIA TANI, Jakarta – Dalam acara Hari Lahir ke‑27 PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), Presiden Prabowo Subianto secara tegas menyoroti fenomena kelangkaan minyak goreng di tanah air. Ia mengkritik keras praktik ekonomi yang menurutnya tidak adil dan merugikan rakyat.
Prabowo menyampaikan kegundahannya karena Indonesia, meski menjadi produsen kelapa sawit dan CPO terbesar di dunia, justru mengalami krisis pasokan minyak goreng di dalam negeri.
“Bagaimana Indonesia produsen minyak goreng, kelapa sawit terbesar di dunia, kok bisa minyak goreng hilang? Langka?” ujar Prabowo di hadapan peserta acara.
Prabowo menyampaikan bahwa cabang produksi minyak merupakan hajat penting bagi hidup orang banyak.
“Jadi, ini saya sampai cari-cari ini mazhab, bisnis, ekonomi apa ini, produsen kelapa sawit terbesar, tapi di negara sendiri hilang, ini adalah kurang ajar,” ujar dia.
Ia menyebut situasi ini sebagai sesuatu yang “kurang ajar” karena jelas bertentangan dengan amanah Pasal 33 UUD 1945, yang mengatur cabang produksi penting bagi hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara.
Presiden Probawo menyampaikan bahwa hal ini merupakan anomali lantaran Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
“Bagaimana Indonesia produsen minyak goreng, kelapa sawit terbesar di dunia, kok bisa minyak goreng hilang? Langka?” kata Prabowo di pidato dalam acara Harlah ke-27 PKB, Jakarta, Rabu (23/7).
Prabowo mengaku heran dengan fenomena ini mengapa bisa terjadi. Ia pun menyinggung praktik curang oleh oknum yang merugikan masyarakat luas dan menyinggung keserakahan para pebisnis kotor yang banyak mengambil keuntungan sendiri dan merugikan masyarakat luas.
Presiden melabeli penyebab kelangkaan ini sebagai “serakahnomics”, sebuah istilah yang ia ciptakan untuk menggambarkan praktik ekonomi yang didorong keserakahan segelintir pelaku usaha yang meraup keuntungan besar di atas penderitaan rakyat.
“Ini bukan mazhab neolib atau pasar bebas, ini mazhab serakahnomics … kurang ajar,” tukas Prabowo. Ia bahkan meminta universitas membuka kajian khusus untuk mempelajari fenomena ekonomi ini.
Presiden mendesak agar oknum pengusaha sawit dihentikan praktik curangnya. Ia menekankan pengawasan negara perlu diperkuat, dan tindakan tegas bagi mereka yang mencurangi distribusi dan merugikan masyarakat.
“Dia meminta para pengusaha kelapa sawit untuk tidak curang terhadap rakyat,” demikian yang diwartakan salah satu media.
Presiden Prabowo menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam. Dengan melibatkan lembaga negara dan pendidikan tinggi, diharapkan persoalan distribusi minyak goreng dapat teratasi dan manfaat produksi sawit terbesar dunia benar‑benar dirasakan oleh rakyat.
Prabowo menyampaikan kegundahannya karena Indonesia, meski menjadi produsen kelapa sawit dan CPO terbesar di dunia, justru mengalami krisis pasokan minyak goreng di dalam negeri.
“Bagaimana Indonesia produsen minyak goreng, kelapa sawit terbesar di dunia, kok bisa minyak goreng hilang? Langka?” ujar Prabowo di hadapan peserta acara.
Prabowo menyampaikan bahwa cabang produksi minyak merupakan hajat penting bagi hidup orang banyak.
“Jadi, ini saya sampai cari-cari ini mazhab, bisnis, ekonomi apa ini, produsen kelapa sawit terbesar, tapi di negara sendiri hilang, ini adalah kurang ajar,” ujar dia.
Ia menyebut situasi ini sebagai sesuatu yang “kurang ajar” karena jelas bertentangan dengan amanah Pasal 33 UUD 1945, yang mengatur cabang produksi penting bagi hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara.
Presiden Probawo menyampaikan bahwa hal ini merupakan anomali lantaran Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
“Bagaimana Indonesia produsen minyak goreng, kelapa sawit terbesar di dunia, kok bisa minyak goreng hilang? Langka?” kata Prabowo di pidato dalam acara Harlah ke-27 PKB, Jakarta, Rabu (23/7).
Prabowo mengaku heran dengan fenomena ini mengapa bisa terjadi. Ia pun menyinggung praktik curang oleh oknum yang merugikan masyarakat luas dan menyinggung keserakahan para pebisnis kotor yang banyak mengambil keuntungan sendiri dan merugikan masyarakat luas.
Presiden melabeli penyebab kelangkaan ini sebagai “serakahnomics”, sebuah istilah yang ia ciptakan untuk menggambarkan praktik ekonomi yang didorong keserakahan segelintir pelaku usaha yang meraup keuntungan besar di atas penderitaan rakyat.
“Ini bukan mazhab neolib atau pasar bebas, ini mazhab serakahnomics … kurang ajar,” tukas Prabowo. Ia bahkan meminta universitas membuka kajian khusus untuk mempelajari fenomena ekonomi ini.
Presiden mendesak agar oknum pengusaha sawit dihentikan praktik curangnya. Ia menekankan pengawasan negara perlu diperkuat, dan tindakan tegas bagi mereka yang mencurangi distribusi dan merugikan masyarakat.
“Dia meminta para pengusaha kelapa sawit untuk tidak curang terhadap rakyat,” demikian yang diwartakan salah satu media.
Presiden Prabowo menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam. Dengan melibatkan lembaga negara dan pendidikan tinggi, diharapkan persoalan distribusi minyak goreng dapat teratasi dan manfaat produksi sawit terbesar dunia benar‑benar dirasakan oleh rakyat.