Berau Serius Garap Kakao dan Kelapa: Bangkitkan Potensi Rakyat dari Tanah Sendiri

Oleh
mediatani.id
Diposting
Senin, 4 Agu 25
Bagikan

Mediatani.id, Berau- 4 Agustus 2025, Kabupaten Berau mulai menapaki jalur baru dalam penguatan sektor perkebunan rakyat. Di tengah dominasi kelapa sawit, pemerintah daerah kini memberi ruang lebih besar bagi komoditas lokal yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan—yakni kakao dan kelapa dalam—untuk kembali menjadi penyangga ekonomi kampung-kampung.

Langkah ini bukan sekadar wacana. Melalui program terintegrasi yang dimulai sejak awal 2025, Dinas Perkebunan Kabupaten Berau tengah menyusun roadmap khusus pengembangan kakao dan kelapa dalam. Program ini mencakup pemetaan lahan, analisis kapasitas petani, serta rencana pembangunan industri pascapanen. Tak kurang dari Rp 400 juta dana APBD digelontorkan demi mendorong produktivitas rakyat di sektor yang lama terpinggirkan ini.

“Kami ingin menjadikan kakao dan kelapa bukan sekadar tanaman sampingan, tapi sebagai penopang utama ekonomi keluarga petani,” ujar Sekretaris Disbun Berau dalam sebuah diskusi komunitas pekebun di Kecamatan Gunung Tabur.

Beberapa wilayah seperti Suaran, Birang, dan Merasa kini menjadi titik awal dari kebangkitan kakao dan kelapa. Petani di sana mendapatkan bantuan bibit unggul, kotak fermentasi, pupuk, hingga pendampingan teknis budidaya secara langsung. Program ini tidak hanya menyasar hasil panen, tetapi juga memperkuat pemahaman petani soal teknik pascapanen dan pemasaran.

Selain itu, sinergi lintas sektor pun dibangun. Perusahaan lokal seperti PT Berau Coal dan lembaga konservasi YKAN turut mendampingi petani melalui program sekolah lapang dan model agroforestri yang memadukan pelestarian hutan dengan produksi kakao berkualitas.

Salah satu gebrakan yang paling ditunggu adalah pembangunan Rumah Industri Cokelat di Kampung Suaran. Fasilitas ini dirancang untuk memproses biji kakao menjadi produk olahan siap jual, seperti cokelat batangan dan bubuk minuman. Selain mengurangi ketergantungan terhadap tengkulak, rumah industri ini akan menjadi pusat pembelajaran dan produksi UMKM lokal.

“Ini bukan sekadar proyek. Ini cita-cita besar: dari kebun ke pasar, dari kampung ke kancah nasional,” ungkap salah satu tokoh petani muda yang terlibat dalam pelatihan produksi cokelat lokal di Suaran.

Pengembangan kakao dan kelapa juga menjadi bagian dari upaya menjaga keseimbangan ekologi Berau. Tak seperti sawit dan tambang yang banyak menimbulkan konflik lahan dan degradasi lingkungan, budidaya kakao dan kelapa dinilai lebih bersahabat terhadap keberlanjutan tanah dan air.

Pemerintah daerah pun menyampaikan pesan tegas kepada petani: “Mari tanam yang memberi hidup, bukan yang merusak masa depan.” Insentif akan terus digulirkan, termasuk jaminan pasar dan akses ekspor bagi koperasi dan kelompok tani yang fokus membudidayakan komoditas lokal ini.

Berita Terkait