SAMARINDA – Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Timur (Kaltim), Ence Achmad Rafiddin Rizal, menyatakan bahwa provinsi Kaltim terus berupaya meningkatkan ketahanan pangan melalui pengembangan padi gogo di lahan perkebunan.
Menurut Rizal, langkah ini merupakan strategi penting dalam memanfaatkan lahan perkebunan sebagai area tumpang sari produktif selama periode peremajaan kelapa sawit di Kaltim.
Solusi Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim
“Pengembangan padi gogo di lahan perkebunan memberikan potensi besar dalam produksi pangan. Ini adalah langkah nyata untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan, terutama dalam konteks risiko perubahan iklim,” jelasnya.
Rizal menambahkan bahwa elemen keberhasilan dalam program pengembangan padi gogo ini mencakup penyediaan lahan yang produktif, penggunaan pupuk bersubsidi, serapan gabah, dan penyediaan benih unggul yang mendukung program pemerintah Kaltim.
Pemanfaatan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit untuk Padi Gogo
Selain itu, peremajaan lahan perkebunan kelapa sawit menjadi fokus utama pemerintah Kaltim. Padi gogo bisa ditanam di sela-sela tanaman perkebunan dengan menggunakan metode tumpang sari, yang memberikan produktivitas lahan secara optimal.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim, luas lahan perkebunan kelapa sawit di provinsi ini mencapai 1 juta hektare. Sebagian besar lahan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan padi gogo.
Menghadapi Tantangan dan Meningkatkan Sinergi Antar Pihak
Rizal mengungkapkan bahwa berbagai tantangan harus dihadapi, seperti fluktuasi harga pangan, bencana alam, dan perubahan iklim. Untuk meminimalisir dampak tersebut, sinergi antara petani, akademisi, dan pemerintah sangat diperlukan.
“Adanya sinergi antara semua pihak sangat penting. Melalui pengembangan padi gogo, swasembada pangan dapat tercapai, dan ketahanan pangan nasional bisa semakin kuat,” tuturnya.
Pelatihan dan Pengenalan Budidaya Padi Gogo yang Efektif
Pemerintah daerah juga merencanakan pelatihan untuk para petani, agar mereka dapat mengenali cara budidaya padi gogo yang efektif dan efisien, termasuk penggunaan benih unggul yang dapat meningkatkan hasil panen.
“Padi gogo menjadi pilihan ideal untuk Kaltim karena mampu tumbuh di lahan kering dengan kebutuhan air yang minimal. Hal ini memberikan nilai ekonomis tinggi serta varietas yang lebih adaptif terhadap lingkungan,” tambah Rizal.
Mendukung Pengurangan Impor Beras dan Swasembada Pangan Nasional
Program pengembangan padi gogo di lahan perkebunan juga menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor beras. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, konsumsi beras nasional mencapai lebih dari 30 juta ton per tahun.
“Program padi gogo di Provinsi Kaltim adalah bagian dari agenda nasional untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan. Dengan memaksimalkan potensi padi gogo, Kaltim dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi beras nasional dan mendukung swasembada pangan nasional,” tutupnya.(*)